Senin, 11 November 2019

Skenario Yang Selesai

Angin itu mulai berhembus, mulai membuai semua yang dilewatinya, semilir dedaunan hijau itu pun mulai menari nari kecil,, aku tau rembulan, tentang mu bukan keindahan, kamu itu tandus dan tajam, keindahanmu Fatamorgana kan?
aku meragukan biru mu langit, jika kamu hanya biru, lantas darimana warna indah pelangi itu?karena bias hujan kah, ? ceritakan padaku samudera, mengapa langitku harus menangis, hanya untuk seberkas pelangi, aku tidak menyukai tangisannya, itu melukaiku. 
Tuan Puteri, 
Skenario itu telah selesai, mau bagaimana lagi, jagat raya ini memang seputar itu, ditinggalkan-meninggalkan, mengorbankan-dikorbankan, dimulai-diakhiri, kamu akan selalu bahagia, dengan syarat, pahamilah, bahwa pena itu telah diangkat, dan kertas itu telah mengering. lantas aku tak punya daya upaya kah, untuk apa aku disini ?
tentu saja kamu punya daya upaya, justru karena itulah kamu terpilih disini, memerankan skenario-Nya, apa kamu pikir berperan itu bukan daya upaya?
Jangan membuatku bingung,,,
kamu yang membuat mu bingung, bersyukurlah kertas itu telah mengering, karena jika harus kamu yang menulisnya, tak satu aksara pun akan ada disana. 
aku ingin menangis, 
jangan lemah, terbiasalah untuk melihat tujuan akhir, jangan harapkan apapun, jangan melemah,  
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terapi Memaafkan

 Betapa banyak orang yang terlihat baik baik saja tapi menyimpan duka dalam hatinya. Duka itu seperti api yang jika di tiup tiup akan semaki...