Sabtu, 08 Agustus 2020

Menikah itu mengalah

Menikah adalah proses mengalah seumur hidup. Cinta bukan zat abstrak yang datang begitu saja hanya karena tampilan fisik atau harta lebih jauh dari itu cinta asli adalah harga diri. Melangkah dari itu pernikahan memang takdir tentu saja begitu sebagai makhluk kita wajib percaya bahwa apapun yang terjadi itu pasti atas kehendak-Nya. Menilik dari tinggi nya angka perceraian artinya ada yang salah dalam memaknai pernikahan. Salah satu hal pokok yang harus kita miliki adalah kemampuan mengalah. Menikah itu mengalah. Ego laki laki akan selalu lebih tinggi dari perempuan, akal nya lebih kuat dari pada perasaannya. Sebaliknya perempuan selalu mendramatisir sesuatu, mudah menangis, mudah ber kata kata, perempuan cenderung mudah merasa tersisih merasa tidak di hargai yah memang begitulah dia. Namun saat menikah, apapun alasan nya, suami tetap imam dan istri tetap makmum. Dia bertanggungjawab atas istri, dia juga berhak atas istri. Disini siapa yang harus mengalah? Idealnya istri yang harus mengalah, tapi saya punya harga diri, saya memang cinta tapi saya tidak bisa menerima perlakuan tidak dihargai. Tidak dihargai seperti apa? Bukankah pernikahan itu sendiri sudah bentuk penghargaan nya terhadap kita. Bukan kah dia sendiri adalah lambang harga diri kita, harga diri seperti apa lagi, saat kita sudah menanggalkan seluruh pakaian kita dihadapannya. Lantas apakah suami dengan begitu bisa berbuat semaunya pada kita? Tentu saja tidak donk ya.. Namun jika pun dia menurut kita sudah berbuat semaunya, mengalahlah, anggap saja dia benar, atau jangan menikah di awal, jika belum siap untuk mengalah. Kita bukan apa2 di dunia ini, atau minimalnya di dunia dia juga, dia gak akan mati kalau kita tinggalkan, dia gak akan sengsara walaupun kita gak ada, kita tidak se istimewa itu di dunia ini. Mengalahlah sampai tidak ada orang yang bisa mengalahkanmu, sakit tentu saja, namun walaupun kamu sakit dunia tak akan berduka, atau minimal tetangga pun tak akan berduka, jika belum siap mengalah jangan menikah, jika sudah menikah belajarlah mengalah. Kita yang tau diri kita, dan Allah lebih tau kemampuan kita, Allah tidak menguji seseorang di luar batas kemampuannya. Jika memang sudah tak bisa lagi, ingatlah hidup di dunia ini paling lama 100 tahun mungkin, habis itu selesai bukan kah surga bagi orang orang yang ikhlas, jika memang tak bisa juga, tempuh lah jalan Halal yang tidak disukai Nya, namun sebelum kesana, walau kita punya dunia ini, tapi kasih sayang seorang ayah tak kan bisa kita gantikan dengan apapun kepada anak kita. Jika pun belum punya anak, apakah akan lebih bahagia dengan status janda?. Hidup adalah pilihan, kita bisa memilih, memandang, jalan mana yang bisa kita lalui, jika kita rasa kita sudah mampu, ambil pilihan nya, hadapi resikonya. Terakhir banyak2 berdoa semoga kita selalu bahagia.

• Sartika Hasibuan 

• 08-08-2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terapi Memaafkan

 Betapa banyak orang yang terlihat baik baik saja tapi menyimpan duka dalam hatinya. Duka itu seperti api yang jika di tiup tiup akan semaki...